Seorang ibu dan keluarganya di Suffolk, New York, Amerika Serikat, dikira teroris lantaran mencari panci presto di Google. Rumahnya didatangi sepasukan polisi dan mereka diinterogasi.
Diberitakan News.com.au pekan ini, ibu yang sekaligus blogger ini, Michele Catalano, saat itu ingin membeli panci presto di internet. Niatnya, dia ingin memasak quinoa, makanan khas Amerika Selatan.
Di saat yang bersamaan hari Rabu itu, suaminya sedang mencari ransel di Google. Saat itu pula, putranya yang berusia 20 tahun, didorong rasa penasaran, mencari tahu soal bagaimana membuat bom sendiri.
Sepintas, apa yang dilakukan sekeluarga ini sama sekali tidak berbahaya. Namun kombinasi panci presto, ransel dan bom setidaknya mengembalikan kenangan pada peristiwa pengeboman di Boston beberapa waktu lalu. Ledakan bom panci presto yang diletakkan di dalam ransel ini menewaskan tiga orang dan melukai ratusan lainnya.
Apalagi, jika pemerintah mereka tahu semua aktivitas warganya di internet. Seperti yang diungkapkan oleh Edward Snowden, si pembocor rahasia intelijen AS, bahwa pemerintahan Barack Obama menyadap seluruh percakapan telepon dan internet warga.
Benar saja, keesokan harinya sekitar pukul sembilan, rumah mereka disambangi pasukan polisi. Enam orang keluar dari tiga mobil SUV hitam dan mengelilingi rumah mereka. Suami Catalano diinterogasi dan rumah serta komputer mereka diperiksa.
Tidak berapa lama kemudian, petugas ini keluar dan menyimpulkan keluarga itu bukanlah teroris. menurut Catalano dalam blognya, suaminya memang diincar setelah ketahuan mencari tahu soal bom presto dan tas ransel di internet saat kerja di kantor lamanya.
Tapi dia mengatakan, itu semua pencarian itu hanya kebetulan dan karena penasaran saja. "Kami mengetahui dari polisi, bahwa kami diperiksa karena pencarian suami saya saat di kantor lamanya. Kami tidak menyadari hal ini saat diinterogasi dan yakin bahwa ini karena pencarian internet yang dilakukan di rumah kami," kata Catalano.
0 komentar:
Posting Komentar