Keinginan kuat untuk bisa bermain game bersama dengan neneknya yang tak bisa melihat, memancing bocah 10 tahun ini untuk membuat game yang dirancang untuk tunanetra.
Bocah tersebut bernama Dylan Viale, saat ini ia masih duduk di kelas 5 SD di Hidden Valley Elementary, Martinez, California. Namun tak seperti anak di usianya yang hanya suka bermain game, Dylan selangkah lebih maju karena berhasil membuat gamenya sendiri.
Motivasinya membuat game didasari keinginan kuat untuk bermain dengan neneknya, Sherry Nissen, yang sudah bertahun-tahun mengalami kebutaan. Selasa (17/4/2012).
Berbekal versi gratisan dari aplikasi GameMaker, Dylan belajar bagaimana membuat program, desain, dan bahkan membangun prototipe yang belum sempurna hanya untuk membuat game bagi sang nenek.
Memanfaatkan waktu senggangnya di luar sekolah akhirnya Dylan berhasil menciptakan game pertamanya yang disebut Quackys Quest. Game ini bercerita tentang seekor bebek yang mencari telur emas melalui serangkaian labirin. Mirip dengan cerita dongeng waktu kecil.
Bocah tersebut bernama Dylan Viale, saat ini ia masih duduk di kelas 5 SD di Hidden Valley Elementary, Martinez, California. Namun tak seperti anak di usianya yang hanya suka bermain game, Dylan selangkah lebih maju karena berhasil membuat gamenya sendiri.
Motivasinya membuat game didasari keinginan kuat untuk bermain dengan neneknya, Sherry Nissen, yang sudah bertahun-tahun mengalami kebutaan. Selasa (17/4/2012).
Berbekal versi gratisan dari aplikasi GameMaker, Dylan belajar bagaimana membuat program, desain, dan bahkan membangun prototipe yang belum sempurna hanya untuk membuat game bagi sang nenek.
Memanfaatkan waktu senggangnya di luar sekolah akhirnya Dylan berhasil menciptakan game pertamanya yang disebut Quackys Quest. Game ini bercerita tentang seekor bebek yang mencari telur emas melalui serangkaian labirin. Mirip dengan cerita dongeng waktu kecil.
Dylan percaya bahwa sistem permainan tersebut akan menjadi cara terbaik bagi para tunanetra untuk merasa tertantang tanpa memerlukan kecepatan dan kemampuan membaca. Game ini juga dilengkapi panduan suara agar neneknya bisa dengan mudah memainkannya.
Cara memainkan game ini mirip dengan Pac-Man, namun Dylan menambahkan permata berkilau pada setiap jalur yang akan dilalui sang bebek lengkap dengan suara 'cring' saat melintasinya, kemudian akan ada suara berisik saat pemain menabrak tembok. Nah, panduan suara inilah yang akan membimbing para pemainnya menemukan telur emas.
Membutuhkan waktu selama sebulan bagi Dylan untuk menciptakan game tersebut. Hasil karyanya ini juga berhasil meraih peringkat pertama saat dilombakan pada sebuah kontes teknologi di sekolahnya. Pun begitu Dylan 'tak peduli', yang terpenting adalah ia bisa bermain game bersama sang nenek yang amat dicintainya.
sumber : www.kaskus.us
0 komentar:
Posting Komentar